Fenomena Habib Rizieq





Fenomena Habib Rizieq : Krisis Leader Pemersatu Bangsa


Sejak peristiwa 212 di Monas kita melihat begitu banyak netizen yang mencari muka dalam perdebatan pinggir, ini bermula dari ketakutan sebagean organisasi sosial dan keagamaan atas eksistensinya yang sudah lebih dahulu berkiprah dan menjadi fokus perhatian dalam mendapatkan keuntungan politik di negara ini. Sebenarnya kegusaran ini tak perlu terjadi, NU dan Muhamadiyah atau organisasi besar lain adalah organisasi tertua dan berpengalaman dalam membidani proses demokrasi di Indonesia menjadi lebih baik. Keadaan ini bermula dari kemunculan FPI dan Habib Rizieq yang diakui ataupun tidak diakui telah memunculkan banyak kecemburuan tokoh tokoh nasional yang sekian lama berpengaruh dan menjadi leader bangsa ini, dengan jargon nasionalisme dan kekuatan multicultural dan mendapat tempat sejak tahun 80 an.

Namun saat ini gigi para ulama Islam nusantaraism itu kurang laku lagi di publik ketika Habib Rizieq tampil sebagai central leader yang mampu menepis keraguan golongan muslim kota yg jenuh akan kondisi labil para aktivis Nusantaraism, yang cenderung memilih berkompromi dengan Pemerintah dan kekuasaan ketimbang memposisikan diri sebagai kontrol sosial, berbeda 180 derajad dengan kegelisahan yg dirasakan oleh masyarakat dengan kondisi demoralisasi dan un toleransi yang semakin tinggi. Idiologi Republican maupun Nusantaranism akhirnya menjadi kurang begitu ampuh lagi dalam memompa perubahan sosial.   
   
Sejarah Republicanism di Indonesia memang berbeda dengan Amerika. Di Amerika kolonialism mampu menggulingkan monarki dan tatanan sosial yang mewarisi kehidupan dan politik kenegaraan. Kondisi ini bertentangan dengan masyarakat Amerika di tahun 1776 dimana revolusi rakyat mampu menjadi energi dan menciptakan produk pemikiran federalisme, dalam konteks kesemakmuran dan kehidupan demokrasi di Amerika. Proses perubahan tersebut benar benar terjadi secara radikal melalui revolusi Amerika. Dalam sejarah Amerika, revolusi Amerika dimulai dari dialog antara pemikiran romantism, progressivism, dan neoconservatism. Mereka semua memiliki konstruksi teoritik yg sangat menarik untuk kita pelajari dimana Indonesia saat ini juga mengalami masa masa seperti itu, neo romantisme dan neo conservatism.

Sehingga saya yakin sejarah politik kita tidak bisa dilepas dari pola dan pembelajaran yg bisa kita baca pada sejarah politik American anglosaxon, juga memiliki pengaruh yang besar dalam mempengaruhi pikiran masyarakat Amerika pada waktu itu hingga terjadi revolusi Amerika. Namun kebanyakan dari mereka banyak juga berpendapat bahwa logika internal dari revolusi Amerikalah yang memainkan peran penting dalam membangun dan mengembangkan demokrasi di Amerika Serikat. Mereka telah jelas berbeda argumen tentang sifat revolusi Amerika. 

Banyak perdebatan penting yang menyangkut tentang karakter revolusi Amerika linier dengan perkembangan politik di Indonesia akhir akhir ini, yaitu radikalisme dan neo conservatism, yang berbeda dengan revolusi di Perancis sebagai model referensi dalam teori teori anti kemiskinan, perjuangan kelas, kerusuhan sipil, pemberantasan korupsi dan faktor-faktor lain yg tidak dimunculkan pada kondisi isu riel yg terdapat di negeri kita sekarang.

Revolusi Perancis adalah hasil dari tak terdamaikannya ketegangan dalam masyarakat Prancis pada waktu itu dan tugas utama dari revolusi Prancis adalah untuk membangun masyarakat baru. Hal ini untuk memberitahukan juga tentang isu radikalisme dalam konteks revolusi dengan tingkat sosial penderitaan yg cukup tinggi atau deprivasi perekonomian yang terjadi antara kelompok konvensional dan konservatif, melalui tekanan konvensional pada konservatisme revolusi di Prancis menjadi sangat kabur jika kita mengukur radikalisme dengan jumlah perubahan sosial yang sebenarnya terjadi. Mereka melakukan transformasi dalam hubungan yang terikat satu sama lain, melakukan revolusi sebaliknya.

Radicalism dialektik dalam sejarah adalah salah satu penyumbang terbesar dalam sejarah revolusi dunia. Kondisi radikalah yang membuat Amerika menjadi yang paling liberal, demokratis dari negara negara modern di dunia. Amerika terus menekankan dampak perubahan dari ideologi awal masyarakat Amerika. Revolusi Amerika bukanlah perubahan yg menekankan pada aspek politik dan ekonomi sebagaimana terjadi di Eropa. Pada proses revolusi Amerika dari perspektif ideologi, kelompok monarki mendominasi di semua isu isu penggiringan massa dan campaign. Khususnya para Public leader yang mencoba untuk mengembalikannya ke zaman klasik Republik melalui premis revolusi; revolusi Amerika akhirnya melepaskan kekuatan massa, menciptakan kondisi politik Amerika Serikat ke arah yang lebih demokratis.

Persoalan kesetaraan, demokrasi, kemajuan sosial dan kebebasan, yang dibayangkan oleh Masyarakat sebagai bentuk cita cita ideal negara Republik, sebagaimana kita lihat hari ini di beberapa negara, memang menggunakan model Republik sebagai satu satunya sistem yang ideal. Kita mengabaikan politik dan faktor ekonomi di dalam grand sejarah bangsa di dunia. Beberapa masalah dan kelompok kepentingan harus membayar kerugian waktu dan proses pendewasaan politik dengan perhatian lebih. Pada proses perubahan politik di dunia, hanya ada dua problem pertama, yang terfokus pada perbudakan dan tidak ada dalam penelitian kelas bawah yang juga merupakan bahan penting dalam proses revolusi Amerika. Kedua, pada revolusi yang terjadi di Eropa seperti Prancis dan Germany sebagaimana pernah saya tulis di blog sebelumnya mereka terfokus pada elit dan bangsawan, oleh karena itu, dia menghadap ke peran "diam dan lupa mayoritas".

Sedangkan negara kita sangat asik mengulik dan mengolok mayoritas vs minoritas dengan pemikiran romantismenya. Masalah kedua adalah revolusi leader di Amerika maupun Eropa menghindari berbicara tentang alasan untuk akhir revolusi dan hanya menggambarkan seberapa besar masyarakat modern mendapatkan manfaat dari sisi radikal revolusi. Namun, kelemahan kelompok radikal ini sangat berbeda dengan kondisi khas yang terjadi di Indonesia, di mana radikalisme hanyalah jargon yg dilontarkan oleh kelompok organisasi lain yang tidak menginginkan leader diambil oleh Habib Rizieq sebagai tokoh yang kadung di masukkan kedalam tokoh yang membahayakan bagi berkembangnya nusantaraism.

Sejatinya kita kekurangan tokoh sentral yg bisa menjadi leader dan tidak tidak cukup hanya di posisi Manager. Leader bisa mengumpulkan dukungan secara kumulatif dan cepat dan konsilidator organisasi organisasi di bawahnya. Sebagaimana pemikiran lainnya tentang sistem negara. Leader juga dibutuhkan oleh bentuk bentuk negara seperti, Republikanisme, Liberalisme, maupun Conservatisme, karena mereka memiliki berbagai isi berbeda sejarah konteks dan tahapnya. Maka mereka mendefinisikan salah satu dari paradigma dalam sejarah penelitian memimpin, sejarah leader di Indonesia, cukup suram sejak mulai dilengserkannya Soeharto, mungkin tantangan bagi umat Islam khususnya untuk semakin sering menampilkan regenerasi kepemimpinan yg mampu menjadi leader dan pemersatu umat. 

Revolusi Perancis itu adalah hasil dari tak terdamaikannya ketegangan dalam masyarakat dan tugas utama dari revolusi membentuk membangun masyarakat baru. Sedangkan Indonesia, revolusi adalah hasil tak terdamaikannya kelompok kelompok garis keras secara idiologis dan secara budaya. Hal ini juga memberitahukan kepada kita bagaimana mengukur radikalisme dengan jumlah perubahan sosial yang sebenarnya melalui deprivasi ekonomi. Dampak dari perubahan ideologi awal dalam memahami sifat revolusi melalui ideologi. Adapun fokus pada perbudakan kelas bawah yang juga merupakan bagean penting dari revolusi Prancis karena pertama kondisi diam dan lupa dari kelompok mayoritas, kedua adalah usaha berbicara tentang alasan apa dari tujuan revolusi, sehingga terjadi kesalah pahaman yang berujung upaya maupun tuduhan makar.
 

Comments

Anonymous said…
wah ,berat banget bacanya :)saya beropini saja lah. agak misteri kemunculan habib rzk ini dalam pandangan saya. tiba2 hadir sbgai ormas islam dengan mengusung nama front .front pembela islam . ada apa dengan islam di tanah air ? kesimpulan cepetnya pasti karena terjadinya perubahan situasi politis akibat rezim orba yg memilih tidak melanjutkan masa kepemimpinannya akibat desakan massa progresif yg menemukan nasib baiknya. agaknya bangsa indonesia memang sedang beruntung karena penguasa rezim orba tidak memilih melakukan serangan balik,secara politis maupun melalui kekuatan militernya. :) perubahan mendasar dalam kekuasaan menyebabkan olengnya penyelenggara pemerintah
-an kemudian dan seterusnya. sepertinya masa2 kelabilan tersebut menyebabkan banyak perubahan2 mendasar yg tidak saling menguntungkan ,seperti ketika masa orba berkuasa penuh . pada situasi ini fpi lahir tanpa mengkaitkan keberadaannya secara tegas dengan partai politik berbasis islam. dengan mengusung konsepsi 'pengislaman' :) apakah memang demikian ? , ada banyak pertanyaan dalam pikiran saya ,termasuk apa yg menjadi point2 penting dari tulisan berat ini. :) salam .trims.

Popular Posts