PILAR ARCHITECTURE ISLAM 4
Langit Adalah Kubah Tanpa Tiang
Kali ini saya akan menjawab mengapa setiap bangunan masjid dibangun dengan beberapa menara dan kubah di dalamnya, mengapa pada ornamen masjid masjid ber architecture tinggi memiliki sistem design geometrik yg proporsional? Jawaban akan saya jawab satu persatu di bagean ini. Pada bab pertama, saya menjelaskan ide tentang dasar ilmu architecture Islam kuno yang berasal dari ilmu kaligrafi, pada bab kedua saya menjelaskan tentang perbedaan architecture arab dengan Islam, pada bagean ke tiga kemarin saya memaparkan soal geometrical architecture dalam Kubah masjid. Dan di bagean ini saya akan menerangkan bagaimana science itu berevolusi.
Pada dasarnya Ibnu Sina pernah menjelaskan tentang sistem tata surya dan posisi bumi, sebagaimana saat ini berkembang pemikiran bumi bulat dan bumi datar, apapun argumen scientifik tentang keduanya membuktikan, asumsi dan kecenderungan politis idiologis dalam ilmu pengetahuan yang bebas nilai tersebut, pemahaman tentang solid but transparent space ibnu Sina (980-1037), adalah berhubungan dg konsep calestial sphere atau kubah salestial.
Kubah salestial atau kubah tanpa tiang itu, sebagaimana langit lapis tujuh yang dijelaskan di dalam alqur an juga, atau bahasa kerennya adalah atmosfir, salah satunya mengadung ozon atau O3 yang menimbulkan efek rumah kaca, namun sebenarnya kita baru bisa mengukur sampai lapis ke lima atau ionosfir yang berjarak lebih dari 10.000 km dari jarak bumi, lapisan lapisan atmosfir itulah yang melindungi bumi dari benturan dan material angkasa yang berukuran besar. Bumi dalam alqur an memang disebut sebagai hamparan bukan kumparan ( globe ) meskipun secara hakiki tidak dimaknai statis dan equivalen datar sepenuhnya. Teori ini masih perlu dg pengujian secara terbuka.
Dekorasi design masjid juga mengalami evolusi yang signifikan, bukan tanpa makna sebagaimana kubah atau langit tanpa tiang yang berbentuk setengah lingkaran. Konstruksi umum yang pernah dikemukakan oleh Abu'l-Wafa dalam setiap dekorasi keramik yang berbentuk segi empat dan segitiga, dan segi lima untuk n = a2 + b2 dengan a> b dapat dikembangkan dua kali lebih besar dalam teori trigonometri yang bisa mengungkap rahasia alam semesta, buatlah empat segitiga siku kanan dengan panjang a dan lebar b. Kemudian kumpulkan segitiga ini di sekitar persegi enam atau teori hexagonal yang menghasilkan persamaan dan hukum segitiga (a-b) 2 , jika setiap x adalah sama maka sisi kuadrat akan menghasilkan x2 = (a-b) 2+ 2ab = a2 + b2.
berikut ini saya berikan beberapa gambar design decorative yg menggunakan rumus Trigonometry sampai kepada poligon yang sangat simetris. Namun sayang rasionalitas yg tergambar secara artistik ini dikalahkan dengan nilai architecture piramida yang konon jauh lebih ilmiah. Mengapa demikian? Nanti kita jawab di bagean ke 5 seri pilar architecture Islam.
Comments