Refleksi Ilmiah Menghubungkan Perilaku Politik Keagamaan di Indonesia




Alam semesta ini sangat luas, sebentar kita melihat bintang gemintang di langit yang kecil dan banyak sejatinya adalah planet planet yang besarnya mungkin melebihi bumi kita. Namun kita oleh Allah di beri mata yang sangat terbatas melihat. Coba bayangkan benda benda besar di langit itu dekat sekali dengan jangkauan mata manusia? apa yang dapat kita lihat? jawabnya TIDAK ADA. 

Maka benarlah semesta itu memiliki jarak yang jauh dan berdimensi sepersekian miliar skala untuk bisa kita nikmati keindahannya. Demikian pula kebenaran yang kita sebut universal. Maka kita perlu mengambil jarak yg cukup jauh dari hakikatnya. Obyek yang kita amati demikian kecil dan plural tak bisa kita hindari dari kehidupan keberagamaan dan sosial kita. Bagamana tidak? kita hidup dengan banyak eksistensi. Memiliki kehidupan , perputaran , massa dan takdirnya masing masing. Kemampuan mata lahiriah kita melihat hakekat kebenaran itu sangat terbatas, sehingga kita membutuhkan jarak dan posisi yg cukup jauh atau kita sebut distansi publik sosial keberagamaan. 

Di alam raya ini, menggambarkan obyek atau subyek benda dengan kecepatan cahaya yang masuk ke mata kita sama besarnya jumlah partikel partikel yg berbenturan di setiap hukum fisika atau kimia. Salah satunya adalah terminal velocity, terminal velocity adalah frasa yang digunakan untuk menggambarkan kecepatan konstan maksimum yang dapat dicapai benda yang jatuh sebelum tidak dapat berakselerasi lebih jauh. Ini terjadi ketika hambatan udara yang mendorong benda itu akan naik menjadi sama dengan gaya gravitasi yang menarik benda tersebut ke bawah. Kecepatan terminal manusia adalah 120mph, dengan demikian, jika Anda berhasil mencapai kecepatan ini sambil jatuh dan mengenai tanah, maka Anda kemungkinan besar akan berakhir dengan cara yang buruk atau mungkin mati. 

Namun, seekor semut sangat ringan sehingga Anda harus memilih untuk melemparkannya di atas gedung pencakar langit dan mencapai kecepatan terminalnya, ia hanya akan bergerak dengan kecepatan 3,9 mph, karena ukuran dan beratnya, hambatan udara yang bekerja melawan semut adalah begitu kuat sehingga gravitasi tidak dapat secara fisik menariknya ke bumi lebih cepat. Karena kecepatan lambat dan kerangka luar yang kuat dari semut yang menahannya untuk benturan, mereka tidak menderita kerusakan karena jatuh pada ketinggian berapa pun nilai 'h' nya dan dampaknya akan sama seperti jika ia jatuh beberapa sentimeter. Dimana kita tau Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda karena memiliki ketinggian tertentu dari tanah. Energi potensial ada karena adanya gravitasi bumi. Dapat dirumuskan sebagai: Ep = m.g.h



Keterangan:

· Ep: Energi potensial (J)

· m: massa benda (kg)

· g: percepatan gravitasi (m/s2)

· h: tinggi benda dari permukaan tanah (meter)



Ada beberapa hewan lain yang memiliki kecepatan terminal yang tidak akan menyebabkan kerusakan yang berkelanjutan, contoh lain adalah tikus. Tikus benar-benar aman dari jatuh, pada ketinggian berapa pun. Ada beberapa contoh tikus jatuh ribuan kaki di bawah ranjau tambang hanya untuk membuat mereka mengangkat bahunya kemudian bergegas lari kembali, ini karena kecepatan terminal mereka sangat rendah dibandingkan manusia. 

Kecepatan terminal 

Tapi di mana titik terminal tersebut break-off? Di mana kecepatan terminal menjadi cukup tinggi untuk menyebabkan kerusakan abadi atau bahkan kematian? Terminal mengalami sekian detik untuk istirahat, tentu manusia sedikit lebih besar dari kucing dan kucing lebih rendah dari tikus dan semut. Kucing memiliki kecepatan terminal sekitar 60 mph dan dapat bertahan jatuh dari bangunan bertingkat, begitu kucing mencapai kecepatan terminalnya, kucing itu rileks, menyebarkan tubuhnya untuk meningkatkan daya tahan udara. Mereka kemudian dapat memutarbalikkan tubuh mereka untuk memastikan mereka mendarat di kaki mereka untuk menahan benturan, kaki berotot yang kuat kucing ini, dibuat untuk memanjat dan melompat bertindak sebagai peredam kejut dan menguatkan tubuh mereka untuk benturan. 

Kenapa saya menggambarkan ini semua? dalam pemikiran saya sebagai seorang scientiest, bahwa setiap makhluk Tuhan itu tak hanya bergantung pada berat massa dan gravitasi kehidupan di alam raya, akan tetapi eksistensinya juga di tentukan oleh waktu dia berhenti pada satu titik saat melakukan gerakan ( movement ). Yang dalam beberapa teori kuantum energi, mengalami terminasi atau perhentian perhentian yang khas. Kalau kita berhenti hanya di dataran teologis, maka otak kita hanya akan mendapatkan benturan benturan fisik yang keluar sebagaimana contoh di atas, ketika kucing mencapai terminal kecepatannya untuk meningkatkan gaya gesekan dan mendarat di satu titik maka dia membutuhkan kurang lebih 60 -a0 v/v-b1.v .v/v-c2.v2.v/v begitu seterusnya di satu level titik jatuhnya.

Tentu semakin rendah terminasi maka semakin banyak gesekan akan terjadi, demikian pula semakin tinggi terminasi maka akan semakin berkurang terminasi atau titik titik konflik konflik sosial dalam keagamaan dan keberagamaan. Oleh karena itu saya sepakat apabila manusia harus dilengkapi dengan kemampuan kecepatan melakukan terminasi apabila tubuh mereka tak mau terjadi benturan. Dalam hukum sosial maka kita harus dilengkapi kebijakan hati, tidak hanya kebijakan politis yang sifatnya sangat kasar di permukaan. 

Mengapa demikian ? karena aspek genetik manusia tidak berbanding lurus dan paralel antara perkembangan politik dan pola ilmiah yang ada, dan semestinya atau seharusnya tidak lagi terbuka untuk diragukan. Manusia lebih dalam sangat bergantung pada yang pertama. Bentuk revolusi politik untuk melakukan perubahan di setiap perkembangan perubahan mensejarahnya: adalah manusia yang bisa mengubah kelembagaan politik dengan cara yang dilarang oleh lembaga-lembaga tertentu untuk beradaptasi dengan lingkungannya sendiri. Keberhasilan mereka sebelum mereka mengharuskan melakukan pelepasan sebagian dari satu set institusi yang mendukung dan masyarakat sementara tidak sepenuhnya mendukung akan diatur oleh institusi sama sekali tidak memiliki pengaruh. Saya contohkan, ketika saya tinggal di Brudge, di sebuah desa yang jauh dari perbatasan jerman dan brussel. Petani disana sangat kaya, mereka memiliki peternakan sapi dan kuda yg cukup menyokong perubahan ekonomi kota. Akan tetapi kehidupan keberagamaan mereka sangat konservatif, kebanyakan ekonomi mereka didukung oleh gereja ortodok dan tidak berpengaruh pada instutusi negeri atau Pemerintahan.

Pada titik itu masyarakat disana dibagi menjadi beberapa kubu atau partai yang bersaing yang berusaha mempertahankan konstelasi kelembagaan lama, yang lain berusaha melembagakan konstelasi baru dan sekali terjadi polarisasi maka akan terjadi kegagalan politik. Karena mereka berbeda tentang matriks kelembagaan dan perubahan politik bagaimana yang harus dicapai dan dievaluasi karena mereka mengakui tidak ada kerangka kerja supra-nasional untuk ajudikasi partai-partai revolusioner yang berbeda terhadap konflik revolusionir. Akhirnya harus menggunakan teknik persuasi massa yang sering kali di Indonesia dipake sebagai kekuatan. Padahal kita bisa menggunakan pendekatan terminasi, atau tempat di mana sebuah kelompok kecil itu di rekatkan dalam sebuah perubahan besar dengan metode metode ekonomi kepentingan.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri," (QS, Ar-Ra'd: 11), benar adanya karena sampai kapanpun apabila kita mengenal Tuhan baru sebatas mengenal Tuhan tapi tak pernah mengenal kemampuan diri sebagai manusia yg bertanggung jawab akan dirinya, sebagai Khalifah fil Ard, yang hanya bisa berubah apabila ada niat untuk merubahnya. Merubah - berubah, adalah entitas pemahaman atas gerak, bergerak. Change is not something that we should fear, perubahan adalah sunantullah dan bukan sesuatu yang perlu kita takutkan.





Comments

Popular Posts