Memahami Pemikiran Sholahuddin Wahid Sebagai Architect, Antara Konstruksi dan Tindakan







Tidak diragukan bahwa Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah memiliki kemampuan yang seimbang antara karir politik dan science sebagai seorang architect. Pemikirannya yang kosmopolitan dan tidak mainstream politik identitas saat hajatan Pilpres kemarin, dengan memposisikan diri sebagai NU yang berpegang khittah dibandingkan memihak salah satu kandidat. Sedangkan pemikirannya soal tata ruang misalnya KH. Ir Sholahuddin Wahid atau sering disebut Gus Sholah ini sependapat dengan pemahaman ruang menurut architecture, yang bisa menawarkan pendekatan pendekatan penting, khusunya soal soal yang berkaitan dengan aspek sosial kebangsaan. Beliau pernah bilang bahwa sebagai architect dia tidak bisa bekerja sendiri. Dia membutuhkan elemen lain seperti teknik sipil, perancang atau design, tenaga lapangan dan sebagainaya. Karena architectur itu memang sangat membutuhkan perencanaan yang matang dan ketepatan waktu. 

Filosofi terbesar dalam solusi tata ruang adalah solusi yang empati dan perencanaan yang matang. Kebanyakan manusia moderen adalah potret psikologis yang tidak mampu menemukan diri secara konstan, sehingga hilang tingkat emphati dan kemampuan menenggang rasa, mereka banyak dipenuhi dengan proyek-proyek diri yang berisiko tinggi. Kalau resiko itu hanya berpengaruh pada personal diri mereka sendiri tentu tidak akan terlalu mengganggu, tapi bagaimana kalau itu mempengaruhi tujuan kebangsaan dalam sekla panjang? Dalam buku Flint, tokoh Corbusier bukan hanya bapak dari arsitektur modern tetapi seorang pria yang berusaha membuat kembali dunia sesuai dengan visinya. Sebagai generasi muda, saya melihat Gus Sholah adalah seorang Corbusier Indonesia, karena beliau bergulat dengan cara yang elegan menampung semua pemikiran dan aliran identitas bahkan politik untuk menjauhkan diri dari kultus yang berlebihan, dialah the "starchitect" yang terus tumbuh, dan tidak membiarkan keturunannya atau pengikutnya membuat ‘gusdurian’ baru. Bahkan mungkin beliau tidak melihat elemen itu sebagai suatu pengikut. Sebagai seorang scientiest memang saya bisa mengerti bagaimana logika dan kesadaran akan kemandirian sosial jauh di atas kultus.

Architecture yang terkait dengan persepsi keistimewaan ruang ide Gus Sholah terinspirasi dengan jelas dari ide kontruksi bangunan monumen yang dibangun bersama sahabatnya Gunadi dan Ir Sugeng seorang architect lulusan ITB, satu almamater dengan beliau. Beliau sangat terinspirasi oleh architecture dengan konsep geometric sierpinski triangle yang biasa disebut piramid geometri. Bahkan Bentuk piramidanya yang dibuat satu lebih rendah dari yang lainnya sangatlah dalam kandungan filosofisnya. Bermakna budaya NU yang paling dasar yaitu mengedepankan akhlak yang tawadhuk, rendah hati antara santri dengan gurunya atau kyainya. “ Kita kasih tau kepada masyarakat bahwa negara kita ini adalah perpaduan antara Keindonesiaan dan keIslaman, dalam budaya dan dalam hukum banyak sekali hukum Islam masuk dalam konstitusi kita” begitu ungkap beliau. 

Saya jadi ingat Norberg-Schulz, dalam teori architect postmodernism, dia percaya bahwa bangunan itu memiliki banyak kutub yang sengaja di buat dan di hitung dalam matematika sipil, apalagi yang menggunakan style piramid seperti monumen Islam Indonesia KH. Hasyim Asyari di Jombang. Tujuan dari kutub kutub dan sudut sudut itu adalah simbolisasi budaya, teknik dan konstruksi yang memiliki logika sendiri, karena tidak direduksi satu sama lain. Tiga variabel yang relatif Independen adalah sel ruang, bentuk massa, serta permukaan yang terbatas. Dalam perspektif ini architect ingin menciptakan obyek yang memiliki aspek yang beragam sebagai kesatuan yang sesuai dengan komunikasi antara individu dengan masyarakat, antar ruang micro dengan ruang macro, dengan mengartikulasikan pesan pesan hiterogen dalam jumlah yang lebih besar. Tidak ada alasan untuk menolak pandangan beliau yang mencerahkan tersebut.

Dalam buku beliau tentang “ Dakwah Kebangsaan”, satu dari sekian buku buku beliau yang saya baca, ada hal yang menarik kaitannya dengan konstruksi sosial dan tindakan sosial. Konstruksi sangat erat dengan bahasa anak teknik sipil architecture. Konstruksi adalah soal bagaimana menciptakan objek dengan hitungan yang matematis, prosesnya berupa project membangun sebuah infrastruktur. Dalam bahasa ilmu sosialnya konstruksi adalah sebuah proses sosial melalui tindakan dan interaksi di mana manusia atau masyarakat secara kontinu dapat menciptakan sesuatu secara terus menerus dan berkesinambungan atas sebuah realitas yang dimiliki dan dialami bersama sama secara obyektif. Berger menyebutnya sebagai realitas obyektif yang di dapat melalui proses internalisasi. Proses yang terus menerus dari thesa, anti thesa hingga sintesa. Dialog- dialog yang intensif inilah yang dapat membangun konstruksi sosial dalam sebuah struktur sosial.

Masyarakat Indonesia mulai meninggalkan dialog dialog sosial ini, sejauh ini Gus Sholah dianggap kurang popular di tengah tengah politik NU yang mengeras. Karena Gus Sholah tidak menginginkan Indonesia mundur ke belakang hanya karena perbedaan pemikiran dan pilihan politik, dengan melibatkan diri secara destruktif ke kancah politik praktis. NU adalah bangunan kultural yang selalu bergerak. Sebagaimana kompromi-kompromi para architect, mereka berpikir bahwa pusat gerak mereka adalah pada komitmen, komitmen yang melahirkan design yang konstruktif yang melibatkan dialektika dengan aspek aspek yang kontras. Kontras pada fasad lingkungan building structure atau struktur bangunan yang menjadi pertimbangan. Kalau bangunan itu berupa rumah maka fasad rumah melahirkan jalan, taman, jaringan jalan jalan, user itu sendiri ( teknik teknik dalam design dan software komputer ), budaya, landscape dan fungsi ruang.

Ruang benar benar menjadi dimensi yang fundamental. Fenomena manusia melakukan sudut yang berbeda; Contohnya saat kelompok tertentu memahami aspek aspek kontras pada warna design tertentu, maka sudut pandang architect akan melibatkan momen-momen yang cukup dekat dengan dimensi kesepakatan dan tindakan. Dengan menggunakan dialektika ini, indenpendensi relatif bisa dikompromikan meskipun manusia dengan segala dimensinya yang kompleks bisa menciptakan object yang otonom berdasarkan rational perceptual teori-teori architecture dan strategi mekanisasi yang bersifat utilitarian, neo nature dan aestetik.

Dalam konsep konsep Agama konstruksi sosial pun tak jauh beda dengan pemahaman konstruksi secara tehnik diatas, konstruksi sosial keagamaanpun berkembang dan menjadi bagian dari produk kebudayaan di samping proses objektisasi dalam tingkatan nilai dan norma norma yang berkembang di masyarakat. Gus Sholah jelas menegaskan bahwa Indonesia bukan negara yang berlandaskan agama Islam, akan tetapi agama Islam sudah sejak dahulu mempengaruhi dan mengikuti proses proses konstruksi sosial melalui undang undang dan dialektika ke Indonesiaan maupun ke Islaman. Islam tetap mampu beradaptasi pada perkembangan sosial politik manapun dengan baik, tanpa harus mengesampingkan realitas sosio kultural yang sudah ada sejak sebelum kemerdekaan.

Mudah sekali kita melihat carut marutnya pembuat kebijakan memahami konstruksi politik dan tindakan politik. Kalau dalam kebijakan publik, mereka tidak memahami apa itu undang undang atau konstitusi dengan pengambilan keputusan. Siapakah yang bertanggung jawab dengan perencanaan dengan siapakah yang mengambil eksekusi kebijakan. Akhirnya yang muncul adalah kebisingan publik sekaligus gejala gejala fenomena tindakan sosial di luar batas batas realitas kesadaran publik. Teori Weber tentang tindakan sosial juga pernah di bicarakan oleh Gus Sholah dalam tulisannya. Gus Sholah juga melihat bahwa teori tindakan sosial berorientasi pada motif maupun tujuan subjek manusia. Setiap organisasi maupun kelompok manusia memiliki motif dan tujuan yang berbeda beda. Ingat kembali teori Weber dalam sosiology yang kembali membedakan empat ciri tindakan publik; pertama tindakan yang bersifat tradisional. Tindakan tradisonal adalah kebiasaan masyarakat yang telah mengakar, bahkan menjadi aturan tidak tertulis. Pada kasus politik bisa kita lihat sebagaimana dominasi masyarakat NU atau santri yang selalu menerima perintah dari ulama atau kyai yang di hormatinya. Sudah tau kalau tradisi ini sulit bagi mereka masyarakat kecil untuk di hilangkan bahkan turun menurun di jalankan oleh mereka, tapi anehnya justru di saat musim politik tiba, kondisi ini menjadi modal politisi dan partai politik menjadi ruang untuk alasan mengeruk suara secara tidak cerdas sebanyak banyaknya, contohnya adalah dengan budaya sowan.

Kedua adalah Tindakan Publik yang ditentukan oleh sebuah kondisi maupun orientasi yang bersifat temporal, spontan tanpa adanya perencanaan yang matang dan kesadaran logis. Peristiwa ini bisa kita lihat dalam tindakan tindakan publik yang bersifat emosional. Media sosial dapat menciptakan dengan mudah tindakan sosial yang begini dan menghapus dalam sehari, dari makna dakwah kebangsaan yang dilakukan bertahun tahun. Contoh bisa kita lihat adalah kasus-kasus orang gila dadakan, ketika terjadi konflik SARA, kasus raja rajaan yang belakangan mencuat seperti Sunda emire, Raja Agung di Purworejo, King of King dan sebagainya, bahkan penolakan institusi pendidikan terhadap mahasiswa pemakai cadar maupun himbauan salam pancasila pengganti pengucapan Assalamualaikum sebagai implikasi terhadap pelaksanaan nilai nilai Pancasila. Hampir mirip sebetulnya pada zaman Gus Dur dengan mengganti Assalamualaikum menjadi Selamat Pagi.

Terakir adalah tindakan rasional sebagai pertimbangan tindakan sosial. Adalah tindakan yang ditunjukkan pada usha-usaha yang rasional yang diupayakan oleh masyarakat dengan perhitungan yang tepat di harapkan keputusan yang dihasilkan juga tepat. Di tingkat inilah masyarakat atau individu dianggap telah mencapai tingkat atau periode yang maju atau moderen dalam konstruksi sosial. Karena aktivitas masyarakat yang di landasi oleh pertimbangan rasional, motivasi yang rasional dan tujuan-tujuan yang rasional, akan menghasilkan tata nilai yang tepat minimal mencerdaskan. Dalam konteks ilmu architect pada level inilah mereka memperhitungkan secara matematis agar bangunan yang mereka design sesuai dengan ISO dan bisa di pertanggung jawabkan. KH. Ir. Sholahuddin atau Gus Sholah di kenal oleh teman teman dekatnya sebagai pribadi yang sangat hati hati dalam mengambil keputusan, kebanyakan scientist memang begitu, tepat , hati hati dan menggunakan pertimbangan yang rasional. 

Tradisi dakwah Gus Sholahpun mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut karena menyesuaikan perkembangan dan kebutuhan publik secara makro. Beliau tidak meninggalkan tradisi tasamuh, Tasamuh adalah sikap toleransi sebagai puncak akhlak terpuji cara bergaul kepada sesama umat, di mana rasa saling menghargai dan menghormati perbedaan dalam batas batas yang telah di tentukan dalam ajaran Islam. 


Konstruksi Piramida Sosial


Beberapa perkembangan seni architecture moderen dengan pola piramid struktur trapesium bertingkat tunggal atau dikenal dengan prekursor piramida. Kemudian geometri trapesium ini mengalami banyak variasi sudutnya seperti Piramid besar atau Khufu adalah model piramida yang memiliki tiga lapangan persegi dengan basis kuadran yang sempurna hampir setiap sudutnya memiliki exterior dimensions yang sama dengan kuadrat tingginya. Ini berarti menghitung rumus parameternya adalah = pi (∏) dan phi(Ф) = apothem - 1/2 basis = 1,6181x(Ф)+t ( tinggi )x 2∏. 

Biasanya pada bangunan piramida tunggal pada zaman mesir kuno mumi atau mayat yang diawetkan di tempatkan pada sarkofagus di lantai dasar. Ruang pertama dan kedua adalah ruang keluarga sedang ruang ketiga digunakan para pelayat yang datang membawa persembahan atau hadiah. Sejak abad 2700 SM bangunan piramida di bangun dalam beberapa teori. Secara geometris orang mesir kuno pun sudah melakukan teknologi ini. Pertama, masing masing struktur bangunan dibuat lebih kecil dari struktur di bawahnya. Dari sudut pandang sosial - politik dari pemikiran konstruksi sosial maka Piramida dan elemennya sangat equivalence dengan filosofi piramida kekuasaan yang digagas oleh Pyrato di mana model elitis menciptakan adanya stratifikasi masyarakat, stratifikasi sosial yang digambarkan sebagai piramida dengan kelompok atau individu yang berada di puncak piramida berjumlah sedikit tapi memiliki kekuasaan yang lebih besar. Semakin kebawah maka jumlah individu semakin besar, tapi kekuasaan malah semakin kecil bahkan rakyat jelata yang tak memiliki daya upaya. 

Kedua, Kubus yang paling besar atau Giza menjadi struktur terbesar yang bisa diletakkan di mana saja. Secara simbolis di artikan bahwa kekuasaan yang paling besar yang seharusnya dimiliki oleh kelompok Demos, rakyat dan pajak sebagai penopang negara justru menjadi beban yang berat yang menopang struktur kekuasaan di atasnya yang semakin mengerucut. Ketiga masing masing sudut diposisikan di tepi barat sungai Nil menghadap ke arah matahari terbenam, posisi arah melambangkan kepada kematian. Bagian bagian ini dalam sistem fentilasi architecture moderen maka bangunan piramida selalu di hadapkan langsung pada landscape taman, sungai atau kolam. Di negara negara maju mereka banyak menggunakan eksterior glass roof dan glass wall atau tembok kaca dan atap kaca, kalau bisa memakai solar system. Dan yang keempat atau terakir adalah teori di mana setiap piramida selalu di hubungkan oleh elemen jalan menuju ke kuilnya.

Meskipun di hubungkan dengan kuilnya bisa bermakna religiositas dalam masyarakat moderen, akan tetapi kuil bisa dimaknai tempat tempat yang dianggap di hormati dan di keramatkan seperti halnya makam wali, Masjid, Gereja, kuil dan sebagainya. Dan terakir adalah teori tentang Landscape, di dalam bangunan piramida jaman mesir kuno tanah di ratakan dengan tepat sehingga ada satu margin yang memiliki selisih satu inci di area mana saja di seluruh dasar struktur bangunannya 

Landscape piramida biasanya di ratakan dengan tanah, tidak miring atau bersusun susun, tanah yang di ratakan dengan presisi sehingga hanya ada satu margin saja selisihnya dalam inchi, di mana semuanya dasar strukturnya bisa rata dan terlihat dengan jelas persisi di setiap sisi ukurannya. Hubungan panjang setiap sisi dengan tingginya hampir equivalence atau ukurannya sama persis dan memiliki ferensi jari jari atau pi (∏) yang sama pula. Karena itu interior di tempatkan pada beberapa kamar, tempat bersemayamnya Firaun, tubuh serta harta benda yang dicintai semasa hidupnya. 

Material piramid pada zaman itu berupa kapur lokal, batu untuk inti struktur dan granit merah. Di puncak piramida terdapat sarkofagus yang letaknya kurang lebih sekitar tiga puluhan kaki. Dan sarkofagus inilah di nilai sebagai inspirasi hingga fiksi tertinggi ilmu pengetahuan tentang kedokteran. Sarkofagus memiliki nilai mitos dan science yang akan datang dimana mumi mumi yang di letakkan di bawahnya itu diyakini bisa dihidupkan kembali secara utuh. Karna sarkofagusnya sangat besar sehingga makam makam itu harus di bangun di sekitarnya. Tidak ada ruang untuk keluar dan masuk melalui pintu dengan leluasa. Ruang penguburan hanya dapat di akses dengan jalan setapak melalui tangga yang miring atau slope. Dan di ruangan inilah di pajang galeri besar dengan atap bertali.

Melihat secara langsung piramida di mesir dengan teori architecturnya kemudian dibandingkan dengan perkembangan moderen piramida baik di Prancis yang terkenal dengan museum Louvre, kemudian melihan susunan geometrik yang menjadi gagasan Gus Sholah membuat museum di Tebuiring Jombang, tentulah sangat berkesan. Hal yang paling penting yang dapat kita ambil tauladan dari Sholahuddin wahid sebagai architect sekaligus tokoh NU adalah bahwa meskipun beliau adalah NU biologis darah biru, akan tetapi sikap egaliternya dan tidak dinastik oriented dalam karir politik anak anaknya membuktikan kematangan beliau sebagai seorang negarawan mengkontruksikan bangunan negara dan agama secara bijak dengan keputusan keputusan dan tindakan yang sesuai dengan filosofi hidupnya. Allahu yarham, Semoga beliau selalu menginspirasi secara rasional bagi sekarang dan generasi yang akan datang.

Comments

Popular Posts