RAMALAN JOYOBOYO








RAMALAN JOYOBOYO DAN ROMANTISM POLITICAL PHILOSOPHY


Puasa di Eropa ibaratkan seperti memandang langit biru yg sangat luas, tak ada batasnya dan 19 jam adalah waktu yang sangat cukup bagi saya agar lebih produktif, berfikir, berzikir dan tentunya berkarya. Pasca pulang dari frankfurt kemarin sebenarnya otak ini tidak dipenuhi dengan bangga yg berlebih lebihan krn mereka yg dulu sangat memandang sebelah mata kepada saya, sebagai sosok yg tidak pantas menjadi dosen di sebuah universitas kecil dikampung. 
 
Kini disinilah di Jerman justru saya sangat dihargai sebagai ilmuan perempuan yg mengagumkan. Bukan hal yang baru hidup bagi saya penuh dengan ejekan sebagai kelas kedua, namun itu semua sebenarnya tidak penting bagi saya. Karena dalam hidup itu yang penting sebenarnya melihat diluar diri kita itu berdaya dan hebat. Bukan melihat bagaimana kita bisa hebat diantara sekumpulan orang diluar sana.

Ramalan Joyoboyo sering kita yakini sebagai bentuk interpretasi prediksi politik masa depan, mungkin juga yang namanya ramalan bisa saja tepat, atau juga tidak terjadi sama sekali, sebagaimana kita meyakini bahwa setiap rider yang menerima kemenangan moto GP di race Catalunya Spanyol seperti mitos dia akan menjadi juara dunia di seri tersebut. Mungkin bisa jadi itu karena race Catalunya memang bentuk rasionalitas track unggulan dg tingkat kesulitan yg tinggi, sehingga menentukan secara rasional ukuran dan prediksi race yang lain, baik iklim, tingkat kelembaban, struktur track dan sebagainya.



Demikian pula dengan ramalan peperangan indies, tidak ada seorangpun sangat serius mengingat dan membayangkan bahwa pada abad 18 itu Edward Trelawny sebagai gubernur Jamaika, di usia 15 tahun sangat berpengaruh dan dominan dalam usia yg sangat muda sebagai seorang politisi, yg pada saat itu Amerika dan kekuatannya masih dipertanyakan dan belum sebesar pengaruhnya seperti sekarang, pemikiran politik romatisme yang berkembang hampir sama dengan ramalan Joyoboyo bagi sejarah perkembangan mitos dan filsafat politik di Indonesia, khususnya Jawa. 

Ramalan sebenarnya memberikan semacam warning atau signal yang tidak bebas, karena masyarakat tentu akan mengikutinya dengan tanda yang diberikannya, kalau itu sudah ada dikepala secara terus menerus maka tingkat kesadaran sosialpun menjadi irasional dan menegasikan fenomena politik yang terjadi saat itu. Seperti sungai yang menghanyutkan sebagean sampah, bisa jadi sampah itu tenggelam karena terlalu berat atau mengalir sesuai dengan arus air bila massa nya tidak terlalu berat dari volume air. 

NOTO NAGORO, yang disimbolkan sebagai SoekarNO, SoeharTO, maka sepasi itu mungkin yg disebut masa tidak jelasnya rezim atau masa goro goro, transisi, kegalauan publik atas pilihan bentuk dan sistem negara, dalam beberapa masa yang kita belum tau. Presiden yg memenuhi kekosongan spasi tersebut mungkin Habibie, GusDur, Megawati dan Jokowi, dan entah siapa lagi. 

Ramalan juga mengandung arti sebuah ikatan sejarah, kontrak emosional sebuah negara atau wilayah tertentu atau filsafat romatisme negara ini, tidak hanya terjadi di negara Indonesia, sebagaimana saya tekankan sebelumnya, romantisme politik bisa berujung kepada adanya rasionalisme perjanjian, sebagaimana kita lihat pada sejarah Panama, yang saat ini rame dibicarakan orang sebagai perjanjian politik ilegal oleh tokoh tokoh politik dan ekonomi bangsa ini untuk mendapatkan kekuatan yg instan di bidang logistik politik mereka. 

Kita tau ekspedisi yg sangat populer di Jamaika, yang terkait dengan tujuan tujuan mereka karena ketidak sukaan mereka kepada Raja mereka, ketika itu kapal beberapa volunter yg berasal dari Massachusetts datang ke jamaika pada tahun 1703. Juga beberapa crew admiral dari kapal Whetstone. Mereka menjadi menyingkirkan penduduk asli dekat pantai Panama, dan beberapa koloni Jamaika yg melakukan bisnis dibawah tangan dengan Cartegena dan Santiago menolak dengan keras Vernon dan Wenworth yang sudah lama berada di kawasan Veragua, sebagai teman bisnis atas pulau tersebut.



 




Perebutan tanah sengketa Panama, singkatnya menjadi chanel pusat koloni produksi dan kekayaan diseluruh pasifik, yang disinggahi oleh Spanyol, dua abad lamanya. Namun Jamaika sebagai penduduk asli yang sudah lama menguasai daratan pasifik tersebut tidak tinggal diam, mereka dahulu terkenal dengan bajak laut yang kebanyakan adalah para wanita. Mereka selalu melakukan perlawanan dan pencurian kapal kapal asing di laut, sampai munculnya perlawanan secara hukum pada abad terakir antara Jamaika dan Indian yang dipimpin oleh Darian.

Tidak bisa diragukan lagi bahwa skema Panama telah membantu keraguan diantara imaginasi para romantisme ramalan politik, atas suku Indian dan anakronisme atas tanah yang tak bertuan tersebut. Ekspedisi yang awalnya adalah perjanjian bisnis, kemudian berkembang menjadi perburuan emas, yang dampaknya menjadi sebuah politik baru di Amerika yang kita kenal dengan ekspedisi Freeport. Dan Indonesia adalah bagean dari domba domba yang menjadi obyek eksploitasi dan politik romantisme tersebut. 

Ramalan Jayabaya pun terbukti, banyak pulau pulau yang indah sampai sekarang diburu oleh pihak asing untuk dijadikan Isthmust Panama, atau tanah yang tak bertuan yang berlimpahkan emas tujuh turunan dan mudah untuk dinikmati kapan saja dg satu perjanjian atau Panama papers. Meskipun Panama Papers memang tidak seperti itu mekanismenya, saya faham. Namun tidak lebih dari itu kalau disimbolkan. Negara ini hanya menjadi jual beli politik sebagean orang yang memiliki kekuasaan politik yang besar.

Oleh karen itu mengapa saya berulang kali melontarkan ide tentang desakralisasi kekuasaan dan politik, pembatasan lama kekuasaan cukup sekali periode saja dan pemikiran tentang sosialisme ketatanegaraan? karena dengan membatasi politik kekuasaan, menutut saya tidak semena mena menjadi membatasi pengertian demokrasi dan reformasi secara keseluruhan, karena politik kekuasaan itu hanya sebagean kecil saja pelajaran tentang demokrasi. 

Partisipasi rakyat serta keadilan yg merata dengan kemakmuran dan good society tentu akan lebih utama untuk diperjuangkan dengan teori dan penerapan yg benar. Management itu hanya ditingkat kedua, yang pertama adalah filosofi, Negara harus dikelola oleh kepala negara yg memiliki standar filosofi yang mumpuni dan management birokrasi dan pembantu kepala negara yg memiliki integritas management yang baik, yang bisa menterjemahkan general Philosophy dan romatisme politik kepala negaranya yang sudah disusun rapi dalam sebuah imaginasi dan ramalan yg rasional

Comments

Popular Posts