Methodology Development Studies 5


     
Dalam memahami metodology pertama kita telah membahas dulu bagaimana pentingnya dasar dasar filosofis bangunan negara, sebagaimana pada episode sebelumnya yg saya gambarkan bagaimana persepsi dan kesepakatan kita  tentang posisi kita sebagai warga bumi kemudian negara, yg secara interpretatif dilakukan minimal penting sekali dalam rangka membuat blue print apa yang akan kita bentuk dan lakukan di negara ini berdasarkan interpretasi, kesepakatan dan pilihannya untuk memilih juga komposisi pembangunan juga karakternya .

Setelah kita  mampu menjawab pertanyaan atau hipotesis dari aspek tempat, waktu, sumber daya, sampai kepada aksesibilitas maka implikasi dari pertanyaan selanjutnya adalah menjawab pertanyaan; apa sifat hubungan antara subjek dan objek?. Negara dan pengelola negaranya; Selain itu, ada penekanan dalam ilmu sosial dan politik pada soal soal yang berkaitan dg ilmu kebijakan publik, tata ruang dan yg memiliki relevansi dg penelitian pembangunan.
  
Apabila kita mengambil penelitian kebijakan pembangunan dengan mengajukan pertanyaan seperti adakah sebuah pertumbuhan untuk rakyat miskin? maka jawabannya adalah jelas  soal soal yg  kuat implikasinya kepada persoalan penelitian penelitian kebijakan. Kemudian bagaimana dengan penelitian study Pembangunan atau Development Studies?
       
Secara epistemologis  mungkin  penelitian ini sangat deterministik karena penelitian dan pertanyaan selalu akan diverifikasi berkenaan dengan pembuktian, yang hasilnya dapat terbukti benar atau sebaliknya salah - atau apakah itu tidak relevan? penelitian masalah diidentifikasikan misalnya, adalah sebuah penelitian pertanyaan yang ditentukan dalam pertumbuhan baik untuk orang miskin dan suara masyarakat miskin dalam menentukan pilihan politisnya untuk kepentingan mereka.

Selama ini kita selalu melihat faktor miskin hanya dijadikan sebagai pelengkap retorika dan pembuktian bahwa pembangunan memang membutuhkan elemen dan faktor kemiskinan, sehingga kritik dari buku yang berjudul ethics, subalternity and the critics postcolonial reason karya Gayatri Spivak memang akirnya meragukan bahwa apakah pembangunan itu memang dikehendaki oleh si miskin, dan apakah mereka menginginkan diperjuangkan?

Hal ini jelas jelas karena masalah yang diidentifikasi, tidak memiliki fokus, relevan, dan tingkat epistemologically yang tidak layak bahkan dimulai dari kesalahan awal penelitian. Berupa masalah dan pertanyaan yang dikemukakan oleh metodology development studies di dalam proses perkembangan penelitian dan sudut pandang kualitatif rigour, mengapa demikian? Karena  baik untuk orang miskin maupun bukan suara masyarakat miskin seperti kelas menengah, pertumbuhan yang signifikan ke arah nilai nilai demokratis maupun kesejahteraan itu tetap bersifat sistemik  dan terukur. 

Problematik yang menyangkut rigour baik untuk orang miskin, suara masyarakat miskin dalam penelitian masalah masalah  pertumbuhan ekonomi, kemudian memang tidak perlu pergi dari persoalan strategi pertumbuhan, tetapi jika hal ini tidak terjadi maka kebijakan yang berbeda diperlukan upaya mendefinisikan secara universal dari kemiskinan yang belum termasuk di dalam konteks dan makna orang miskin yg sebenarnya baik tempat dan situasi mereka sendiri.

Pertanyaannya adalah benarkah pertanyaan ini ditujukan kembali pada penelitian pendapatan masyarakat miskin? Yang mungkin dengan laju pertumbuhannya naik lebih cepat dari pada rata-rata pendapatan perkapita negara  dalam proses pertumbuhan ekonomi? apa yang miskin berarti untuk orang-orang miskin? bagaimana mengidentifikasi masalah dan spesifikasi penelitian pertanyaan berbeda tersebut, bila dibandingkan dengan realitas sosial atau ilmu pengetahuan alam, science dan teknology yang berkembang mengimbangi kebutuhan dan tingkat fasilitas publik kelas menengah keatas yg terus meningkat? Bisakah mereka bernegosiasi lagi dengan kebutuhan dirinya ?? ini adalah bagean terbesar dari masalah penelitian development studies.
       
Apakah yang researchable dalam industri negara bisa sangat berbeda untuk persoalan persoalan yang researchable di negara negara yang berkembang ? aksesibilitas sarana dan fasilitas teknology baik Primer dan sekunder di negara-negara berkembang sering bermasalah: ada masalah yg berputar kepada kekhawatiran atas data yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, karena pilihan perkembangan kesejahteraan saat ini tidak bisa dilepaskan dg tuntutan migrasi problem ekonomi dan global.

Ada juga masalah yang sepertinya diluar bagan pembicaraan development studies, seperti contoh tetang tata kelola bangunan dan dan tata ruang namun ternyata itu bagean dari kebijakan keadilan penggusuran wilayah kumuh misalnya, Ada juga yg tidak secara lngsung berkaitan bahkan jauh dari persoalan fisik namun pemilihan yang pada akirnya menjadi problem yang tersendiri berkaitan dg visi kelembagaan dan pembanguna. Dan rasanya tidak mungkin untuk mengumpulkan sebuah validitas atau  kehandalan penelitian data sejauh mana data tersebut tidak bisa dikumpulkan hanya melalui random dan perwakilan.

   
 


Selain itu, penelitian yg besifat causalitas atau hubungan sebab akibat adalah jauh lebih bermasalah jika orang-orang yang terlibat tersebut  sama sekali berbeda tingkat penguasaan ekonomi dan politik. singkatnya, pada tahap ini dari proses penelitian, masih mengacu pada fokus masalah dan kejelasan, kelayakan dan researchability dari penelitian pertanyaan atau hipotesis saja dari sini sudah menjadi titik awal ontologis pilihan dari teori yang bersifat konseptual dimana kerangka kerja dapat dibuat melalui desain penelitian. Penelitian tersebut sering digunakan untuk meneliti lebih banyak fenomena sosial yang tdk bisa menjadi data yang secara langsung diamati.
 
Indikator yang melibatkan pertanyaan sejauh mana data dapat diakses melalui perwakilan. Sebagai contoh, yang paling  umum misalnya digunakan untuk mengetahui indikator kemiskinan itu adalah dolar, contoh dolar sebagai indikator mengetahui turun naiknya pertumbuhan ekonomi dengan negara negara lain misalnya, bukanlah sebagai indikator karena ternyata ada pemainan proxi dari beberapa sumber yang berbeda, demikian pula dengan contoh misalnya, opini yg dimainkan oleh proxi dalam menentukan Gubernur atau Presiden melalui jajak pendapat dan polling  terbesar misalnya, Benarkah itu bagean dari pilihan sebagean besar rakyat di pedalaman yang tidak pernah memainkan internet dan polling ? 

Tidak sedikit fakta bahwa ternyata random research tidak bisa memastikan apakah manusia dapat hidup disebuah negara atau mata uang bisa mempengaruhi sentimen pasar lokal disetiap harinya melalui market di semua negara dan sebagainya. Dalam study pembangunan terkadang random reserch tidak terlalu aktual dibandingkan metode partisipatif. Ternyata memang benar pasar global ditentukan oleh judgment dan potensi proxy politics dibandingkan real domistik pasar.

Hal yang umum lainnya misalnya, pendapatan orang miskin yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan, baik dari segmen untuk orang miskin maupun kaya adalah barang yang termurah laku di pasaran misalnya, definisi ini adalah tidak konsisten dengan langkah-langkah berdasarkan standar hidup di bawah standar minimum di sisi lain, suara orang miskin sendiri sudah di interpretasi dengan standart kemiskinan yang bermacam macam secara politik, yang ternyata secara internal kontradiktif. Untuk mengidentifikasi mereka yang miskin (universal) maka definisi kemiskinan dan data adanya kemiskinan masih menggunakan  konstruksi sampel frame dari data desain survei, jika ada data kemiskinan yang dipertanyakan maka hasil dari penelitian ini mungkin telah bias, misalnya dengan meminta non-miskin tentang data sekunder kebutuhan dan pertanyaan tentang kemiskinan misalnya.

Hal ini berakibat pada penelitian tentang standart kemiskinan yang tidak tepat yang tidak sesuai dengan keterlibatan kebijakan secara deterministic. Karna data analisistik hanya  memungkinkan digunakan sebagai data yang bercerita ( deskripsi ) dan menarik kesimpulan dari persoalan persoalan kemiskinan yang mikro. Sedangkan yang kedua penggalian data untuk mendukung hipotesis awal sebagai spektrum data analis akan tetap melihat dua konsekwensi rigour penelitian yang meliputi:

1. Epitemology
2. Metodology

Epistemology itu lebih bersifat  positivist konstruktif, melihat aspek yg baik dalam pola kemiskinan dan kebijakan, sedangkan metodology kita tau bisa dilakukan secara kuantitatif apabila melihat aspek bagaimana pertumbuhan yang baik dalam sebuah penelitian kemiskinan dan menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat pendapat publik tentang kemiskinan.

Comments

Popular Posts