Hubungan Islam-Kristen di Jerman
Sejak tahun 2012 saya mulai menapaki kehidupan dan lika likunya belajar di negeri orang, awalnya terasa begitu terasing dan merasakan sendiri, karena Eropa khususnya negara Jerman sangat kental dengan kehidupan non Islam yang serba bebas dan terbuka. Sedangkan saya sendiri berlatar belakang pesantren, keluarga yang demokratik namun konvensional. Semua di latarbelakangi dan di landasi oleh dasar dasar agama yang kental, khas pesantren dan Nahdhatul Ulama ( sunni ).
Baru di tahun kedua, iklim alam bisa beradaptasi dengan baik demikian pula dengan interaksi sosial keagamaan terhadap lingkungan kampus, maupun rumah tempat tinggal juga sudah bisa berangsur angsur beradaptasi dengan baik. Hal yang menyenangkan beragama dan menjalani ritual keagamaan disini adalah soal toleransi mereka yang tinggi terhadap Islam. Jadi salah apabila ada informasi kalau kita kesulitan menjalankan ibadah. Di tengah tengah pandemi CORONA pun, kita masih di perbolehkan melakukan sholat Ied di dalam Masjid dan di depan lapangan seperti Super Market dan gedung gedung yang di tunjuk oleh pemerintah untuk melakukan Ibadah seperti tahun ini di gedung IKEA. Tentu dengan tetap melakukan protokol kesehatan yang benar seperti memakai masker dan phisical distancing.
Sholat Ied ataupun berlebaran di Eropa memang tidak serame tradisi mudik di Indonesia, mungkin berlebaran dan mudik lebih tepat bila di samakan dengan tradisi thanks giving ketimbang Iedul Fitri di tanah air. Bedanya cuma pada saat melakukan ibadah Ramadhan, atau berpuasa biasanya kalau di tanah air, kita hanya berpuasa dari imsak pukul 4.15 sampe bedug maghrib sekitar pukul 5.45 pm. Sedangkan di Eropa kita bisa berpuasa hingga 19 jam lebih dari pukul 2.30 atau 3.15 hingga pukul 9.30 atau 10.00 malam. Karena di Eropa lebih cepat terbit atau fajar dan lebih lama terbenam, maghrib bisa sampe pukul 10 malam. Sehingga kita harus extra menjaga kesehatan dan energi kita, khususnya mengurangi gerak yang menguras keringat, sehingga kita tidak akan cepat merasa kehausan apalagi mengalami dehidrasi.
Satu kelebihan kehidupan komunitas Islam yang tinggal di Eropa adalah mereka memiliki tingkat kepekaan sosial dan solidaritas yang tinggi, apalagi kepada sesama Muslim. Karena jumlah masjid di sini tidak sebanyak jumlah masjid atau tempat ibadah di Indonesia, maka sangat biasa kita melakukan sholat di dalam Gereja, di depan tempat parkir, di taman, di dalam kelas bahkan kalau memungkinkan di area stationary yang cukup lengang dan bersih. Seperti halnya di tanah air hampir setiap 500 meter kita menemukan Gereja, bahkan di daerah Bavaria ada sebuah Gereja yang biasa dipakai untuk acara festival Moslem se-dunia. Mereka banyak berkumpul orang - orang Islam di seluruh dunia, dengan berbagai produk makanan khas dan halal yang di bagikan kepada kita secara cuma cuma.
Masuknya Islam ke benua Eropa di mulai pada abad ke-delapan belas, bermula sebagai tawanan perang dari Perang Rusia-Turki pada tahun 1735. Istilah "Lange Kerls" dalam bahasa Jerman di sematkan buat orang orang Turki yang memiliki postur tubuh yang panjang ( pria yang panjang ) adalah istilah sebagai bentuk hadiah dari Duke of Curland kepada Raja Prusia yang bernama Frederick William I (1713-40) pada tahun 1739. Di bangun pula Sebuah ruang doa bersama buat umat Islam di daerah Königliches Waisenhaus. Mereka orang orang turki yang sudah di bebaskan sebagai tawanan perang juga diizinkan untuk kembali ke tanah air mereka dengan tindakan politik yang di kenal dengan istilah "königlicher Großmut", sebagai bentuk hadiah bagi kebesaran imperial Jerman di tahun 1741 kepada Moslem. Di bawah kekuasaan Frederick II, termasuk di dalamnya tercantum dalam sejarah yang disebut sebagai Muslim Tartar dan penduduk Bosnia ke dalam apa yang dikenal dengan Resimen Islam, tentara bentukan Jerman untuk moslem yang berjumlah tidak kurang dari 1.000 tentara Islam.
Selama hubungan Prusso-Ottoman berlangsung sebuah misi perdamaian yang permanen di pelopori dari Ottoman Turki dengan didirikannya bangunan di Berlin pada 1763, melalui utusan ketiganya, bernama Ali Aziz Efendi, hingga meninggal dan dimakamkan di Berlin pada 1798. Raja Prusia Frederick William III menyediakan tempat pemakaman baginya, pahlawan pahlawan di Tempelhofer Feldmark. Terdapat empat lebih pemakaman Islam di temple hofer. Pada tahun 1866 lima mayat tersebut dipindahkan dari pemakaman Turki ke Berlin-Neukölln, yang tetap utuh sampai hari ini. Masjid Şehitlik Turki juga telah berdiri di sana sejak tahun 2003.
Melihat sejarah peradaban Islam dan beberapa peninggalan berupa altar dan tulisan dengan bahasa arab juga prasasti menunjukkan kedekatan Islam dengan Jerman cukup kondusif sebelum perang dunia pertama. Kemudian pada perang dunia pertama, kekaisaran Ottoman berperang , melawan barat di pihak Central Powers. Akibatnya, tawanan perang Muslim dari Sekutu menjadi bagean dari tawanan kamp interniran di Wünsdorf dan Zossen dekat Berlin, sementara dinas bersenjata Ottoman di sisi lain juga berdatangan ke Berlin. Sampai sekarang, saat terjadi kerusuhan etnis di suria, banyak rakyat syiria mengungsi hingga ke Jerman untuk mendapatkan perlindungan. Maka dibuatlah kebijakan politik integrasi yang terkenal di Jerman oleh pemerintah untuk melindungi imigran Islam akibat peperangan. Yang pada saat itu politik Integrasi ini sangat ditentang oleh negara negara Eropa lainnya khususnya Italy, karena dianggap akan membahayakan non Islam. Mereka khawatir akan di susupi oleh Islam radikal atau terorisme.
Masjid yang pertama didirikan di tanah Jerman adalah yang disebut "Halbmondlager" atau kita kenal sebagai Half Moon Camp, berada di Wünsdorf. Sedangkan Masjid yang terbesar se Dunia terdapat di Rusia dan Italy, Alhamdulillah semuanya sudah bisa saya kunjungi, termasuk yang ada di foto tersebut. Namun, struktur kubah kayu dengan menara setinggi 25 meter tidak bisa bertahan lama, dan dihancurkan pada tahun 1930, setelah jatuh ke dalam kondisi rusak.
Pada masa pandemi Covid 19 ini, Jerman termasuk negara yang berhasil menangani secara signifikan dari beberapa negara lainnya yang berhasil. Ini dikarenakan Jerman memiliki kebijakan yang konsisten tidak ‘klemak klemek’ ( lamban ) seperti Indonesia. Kebanyakan dari negara negara yang berhasil mengatasi pandemik CORONA , kebanyakan dari mereka memiliki kepala negara yang berasal dari latar belakang akademis dan intelektualnya bagus, dibandingkan latar belakang politis yang pragmatis. Sehingga keputusan kebijakannya benar benar di dorong oleh kepentingan dan keselamatan rakyat, bukan ekonomi semata mata. Buktinya mereka berani memberlakukan lockdown hingga dua periode, maret sampe juni ( 7 minggu ) relaksasi atau new normal 2 minggu dan lockdown periode kedua kalau terdapat penambahan suspect per- agustus. Akan tetapi setelah lockdown 7 minggu berturut-turut kondisi Jerman nampak stabil dan terkendali.
Melihat faktor faktor agama tidak dicampur adukkan pada pendekatan kebijakan seperti halnya di tanah air yang sangat ambigu; contoh seperti Masjid dan taraweh atau sholat berjamaah di larang, sementara swalayan dan pasar berjalan seperti biasa; menunjukkan Jerman cukup dewasa dalam mempertimbangkan faktor faktor yang substansial ketimbang faktor faktor pencitraan. Disamping disiplin rakyatnya yang di mulai dari pemimpin pemimpinnya dengan penetapan policy yang konsisten dan terukur.
Namun sebaliknya, dari fenomena yang positip tersebut, juga terdapat upaya upaya seperti publisitas tentang hubungan Islam dan non Islam yang kurang baik di Jerman, kalau saya cermati mereka lebih banyak bermain di isu isu yang di kemas dalam bentuk tema tema filem dari kelas menengah ke atas, contohnya saja Sebuah film yang meledak di Iran dan diputar secara ber seri diambil berdasarkan kisah nyata, "Lantouri" oleh Reza Dormishian menceritakan tentang serangan asam pada seorang gadis muda - dan hak korban untuk mengarahkan pembalasan terhadap pelaku, yang diabadikan dalam hukum Islam . Cerita cerita yang banyak melemahkan Islam, sebagai agama yang kaku dan fiqiah.
“Berlinale” adalah serial filem yang ke sebelas dianggap sebagai filem seri paling politis dari tiga festival film utama yang di putar di Berlin, Cannes dan Venesia. Tetapi untuk pertama kalinya, Festival Film Berlin sekarang justru memanggil penonton bioskop secara langsung untuk ikut serta membantu para pengungsi. Menurut Kosslick, Berlinale meminta sumbangan untuk pertama kalinya dalam sejarahnya dalam sebuah inisiatif fellowship yang menangani korban penyiksaan yang mengalami trauma akibat terjadinya peperangan yang berakibat pada pengungsi moslem dengan kisah kisah kekejaman perang yang tiada henti.
Penderitaan para pengungsi juga tercermin dalam banyaknya pembuatan film di Amerika ( hollywood ) juga filem filem di italy seperti "Fire at Sea" berisi banyak adegan- adegan dari sinema panggung yang seharusnya bukan tipekal filem dokumenter yang lebih menitik beratkan pada realitas fakta dan sejarah yang benar, Rosi sang sutradara menceritakan tentang penderitaan pengungsi moslem yang dramatis dan pada saat yang sama tentang seorang bocah lelaki yang tinggal di Lampedusa dan sebagainya, berisi sindiran sindiran yang tajam dan licik.
Tapi filem tetaplah filem, meskipun membawa missi apapun, nilai glamor dan hiburan juga tidak diabaikan, seperti yang dijanjikan Kosslick. Si Pembuat film AS Spike Lee menunjukkan "Chi-Raq" dengan Wesley Snipes dan Samuel L. Jackson yang dalam kompetisi merebutkan panggung di dunia Islam dianggap sebagai "Genius" dengan memasang aktor aktor terkenal seperti Colin Firth, Jude Law, Nicole Kidman, Ethan dan Joel Coen, sebagai aktor utama mereka George Clooney di karpet merah. Puncaknya kita bisa melihat filem kontraversi soal Muhammad, di Belanda yang penulisnya malah masuk Islam setelah di bully oleh orang Islam di seluruh dunia.
Hari itu, aku mencoba memutari kota roma, dimulai dari sudut gerbang kota di porta sangiovani hingga paling ujung, aku potret semua sudut batas kota, aku hanya ingin tau benteng ini mengelilingi apa di kota Roma, dan apa dibalik sejarah pembuatan benteng ini, mari kita bongkar misteri ini, benteng dari arah kiri ternyata berhenti di fermata piramida atau via Ostiense Porta San Paolo. Saya meneruskan perjalanan dari piramide terus ke arah selatan Campo Boario. Kemudian saya terhenti sampai Viale Del Campo Boario. Ada hal yang bisa di simpulkan dari bangunan bangunan di dalam sejarah periode Islam di Eropa, seperti di Italy bangunan persis piramida ada di tengah tengah gerbang kota yang mirip dengan benteng, demikian pula di Spanyol dan Jerman ada serambi dari ballroom di mana tempat tinggal Pastur dengan gereja Theatine atau Gereja yang banyak di bangun dari pahatan koleksi seni negara Mesir (staatliche sammlung ägyptischer kunst).
Maka ada istilah yang sering saya ungkapkan di kelas ketika mengajar : The modern movement to functionalism generic concept of flexibility and indifferent of form or indifferent to functional consideration. Gerakan modern ke fungsionalisme memang membutuhkan konsep generik fleksibilitas dan acuh tak acuh terhadap makna scientiesme yg sesungguhnya, bentuknya terutama ebih cncern terhadap pertimbangan fungsional. Akhirnya akibatnya adalah semua di ukur hanya dari segi kepentingan jangka pendek saja. Seperti halnya fungsi fungsi dan goal atau tujuan.
Kalau menyangkut soal teknik architecture bisa dilihat pada masa kejayaan kubisme, aliran kubisme sebenarnya telah di gagas pada masa Pablo Picasso, seorang surealis terkenal di zamannya, namun ide cubic akhirnya dipahami secara geometris sebagai struktur moderen, gedung gedung bertingkat dan gagasan ruang. Pada pemikiran politik di Eropa Islam memang tidak bisa leluasa berkontribusi secara maksimal, khususnya di Jerman. Kita tau bangsa Ariya adalah kasta yang dianggap paling hebat di zamannya, budaya ariya berpengaruh pada kepercayaan diri yang tinggi dan disiplin, dalam peradaban moderen tetap berpihak pada fungsionalisme juga.
Comments