Prediksi Pemilu 2024
Saat ini bisa dibilang PEMILU 2024 sangat cair dengan kembalinya dua lebih peserta CAPRES yaitu Ganjar, Prabowo dan Anis Baswedan. Yang sebelumnya hanya dua pasang bakal calon berturut-turut antara Jokowi dan Prabowo dari pemilu 2014 sampai kepada Pemilihan Umum 2019 kemarin. Dua periode sudah secara tidak langsung kita menemukan simpul ketatanegaraan yang baru yang selama ini belum kita coba; sebagaimana yang terjadi di Amerika Serikat Pemilu hanya di ikuti oleh dua kelompok yaitu posisi dan oposisi. Partai Demokrat dan Partai Republik. Karakteristik politik yang memiliki dua peserta memang cenderung lebih jelas dan solid. Karena yang berperan adalah politik identitas, akan tetapi apabila politik yang diikuti oleh peserta yang lebih dari dua kandidat maka politik identitas akan terpecah dan iklim politik akan lebih cair.
Siapa yang akan bertarung dalam pemenangan hati hati rakyat kedepan? kemungkinan besar adalah PDI dan PPP yang mengusung Ganjar dan Sandi; GOLKAR, PAN, PKB, Gerindra yang mengusung Prabowo dan Cak Imin. Terakir adalah PKS, Demokrat dan NASDEM kemungkinan akan mengusung pasangan Anis Baswedan dan Yeni Wahid.
Besar kemungkinan Kalau Anis dan Yeni berpasangan, akan lebih memiliki kemungkinan besar memecah suara rakyat yang sudah terlalu lama terhipnotis dengan jargon Pro rakyat yaitu PDIP ketimbang ketika Anis Baswedan lebih memilih AHY. Minimal pada pemilihan periode Pertama PDI tidak akan arogan mesti menang hingga pemilihan kedua. Padahal sampai saat ini rakyat mulai jengah, karena politik dominan yang digawangi oleh jargon Pro- Rayat Cilik itu ternyata lebih banyak merealisasikan sebagean orang cilik yang dibesarkan menjadi kelompok kelas elit baru yang tetap tidak berbasis sosialis sebagaimana cita-cita kebanyakan partai sosialis di barat. Akan tetapi muncul kelompok baru yaitu kaum elit abangan yang kapitalis. Tapi untuk masuk menjadi pemenang Pemilu tahap kedua ancaman duet Gerindra dengan Cak Imin juga bukan sesuatu yang ringan karena kantong-kantong NU untuk saat ini juga didominasi oleh NU struktural yang dulu bermain ketika masa Pemilihan umum kemenangan Jokowi dua periode. Suara NU akan terpecah dan kemungkinan besar kemenangan secara itungan rasional ada pada team Prabowo yang memiliki lebih banyak suara di DPR ketimbang PDI apalagi pasangan Anis Baswedan.
Pemilu tahun ini juga akan banyak memberi banyak angin perubahan, karena PAN dan PKB bersatu; NU dan Muhamadiyah sebagai sendi utama Islam dan kebangsaan bersama dan tidak akan lagi politik belah bambu yang pernah terjadi saat era Jokowi. Masih ingat sekali di pikiran kita sebagai cap anti NU saat kita tidak mendukung Jokowi. Politik kyai sangat kental terjadi. Bahkan tidak malu-malu banyak Kyai dan Ulama berpindah posisi menjadi birokrat dan elit kekuasaan.
Comments