Fraud and Scam

 





Para sahabat ketakutan, gemetar ketika ditunjuk menjadi pejabat. Bahkan sahabat senior Abd bin Auf berkata “tusukkan saja belati ini hingga tembus ke leherku daripada kalian memintaku menjadi khalifah”. Tidak ada raut muka gembira, semua berada dalam kecemasan luar biasa, karena mereka tau benar konsekuensi di akhirat jika tidak amanah dlm menjabat. Tidak ada ucapan syukur, yg keluar dari mulut mereka adalah kalimat istirja “Innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun”. Mereka menganggap jabatan adalah musibah. Tapi orang sekarang mungkin menganggap jabatan adalah anugrah, maka yang kita dapati adalah wajah-wajah sumringah. Semoga Allah bimbing mereka untuk mengelola bangsa besar ini

Di atas adalah status apik yg ku ambil dari twitter ustadz @hilmi28



Saya memang mau nulis tentang Kementrian FufuFafa ini dalam sebuah tulisan artikel, sudah jadi tinggal dikirim ke media, tapi jadi takut. Teringat Ibusumarsih yang setiap minggu melakukan kamisan di depan Istana, teringat peristiwa 98 yang gegap gempita, begitu banyak teman aktivis seperti Budiman sujatmiko, Zastrow al Ngatawi, Gatot Indroyono, dan masih banyak lagi menjadi tokoh panutan adik-adik angkatan seperti kita. Ada yang terus idealis menyuarakan; ada yg oportunis terjerembab dalam kepentingan. 



Entahlah, saya juga tidak bisa me judge mereka dan juga tidak berhak tau isi kepala mereka sekarang. Cuma satu yang saya ingat dari nasehat orang tua : menjadi besar itu mudah bila engkau bisa menjadikan dirimu seperti yang lain ( mereka penghamba kekuasaan). Tapi menjadi orang yang sederhana itu sulit bila bisa menundukkan dirimu sendiri atas keyakinan yang kau hormati.




Memang itu ideal dan sulit, di negara yang miskin seperti Indonesia. Semua masih butuh pekerjaan, bahkan mereka yang sudah mapan dan kaya pun seperti DPR, Selebriti, Konglomerat pun mereka masih butuh pengakuan. Dan di masyarakat yang miskin seperti Indonesia satu satunya pengakuan dari struktur sosial yang feodal adalah menjadi pejabat dan tokoh agama.





Sulit mungkin bagi saya, tapi mungkin bagi orang lain menjadi bunglon itu mudah. Asal ada yang memuja; sulit bagi saya saat sesuatu yang dulu kita perangi atau musuh demokrasi, menjadi kawan seperjuangan bahkan satu kursi makan. Sulit rasanya yang dahulu rela menjadi musuh bersama tapi begitu masuk dalam perahu kekuasaan lacur menjadi kerabat yang paling sempurna.

Comments

Popular Posts