Hubungan Antara Radikalism , Terorism dan Agama


---


Pertanyaan apa itu radikalisme, mengingatkan saya pada sebuah percakapan filosofis seorang Dosen kepada mahasiswanya ketika dia kuliah di Filsafat; pertanyaan pertama yang ditanyakan adalah apakah itu Tuhan? Mahasiswa akan menjawabnya bermacam macam sesuai sudut pandang mereka berpikir. Kalau mereka melihat manusia sebagai pusat berpikirnya maka Tuhan dianggap sebagai obyek jawabannya demikian pula sebaliknya kalau mereka tidak antropomorphisme maka akan menjawab pertanyaan dosen tersebut dari metode ontologis yang bersifat metafisis. Radical Philosophy akan menemukan bentuknya ketika bertemu dengan cara berpikir yang revolusioner yaitu konten berpikir sosio graphis otak kita yang terus menerus berubah secara drastis. 


Otak merupakan sumber penemuan penemuan dan pengetahuan yang mutakhir, otak juga dalam konteks kesehatan berpengaruh kepada perubahan emosi , mental dan psikologis. Karena otak dalam hal hal tertentu menyerupai otot sejauh responnya terhadap berbagai macam latihan atau praktis yang dapat memelihara atau mengembangkan fokus dan lokus yang tepat, bahkan memperkuat dan memperlemah area spontan gerak tubuh kita yang tidak kita sangka sangka. Contoh kasus adalah, dalam kondisi normal manusia tidak bisa melompat sejauh lima meter, tapi karena respon ketakutan akan jatuh kebawah, bisa jadi manusia bisa melakukannya.

Demikian pula yang terjadi bila istilah radikal disambungkan dengan pemikiran evolusionisme, maka akan kita temukan fungsi otak dan berpikir yang lebih bersifat adaptif coping of mechanism yang melihat dari aspek aspek kebiasaan tingkah laku, seperti contoh bisa berupa interlocutor atau kerja otak pada esensi menemukan makna bahasa dalam proses teman bicara, tidak selalu jelas bagi diri kita sendiri untuk menemukan jawaban siapa diri kita? Bukan apakah kita, apakah Tuhan tapi naik ke level pertanyaan siapa, wujud, eksistensi dan oleh karena itu kritik-diri adalah kritik yang muncul dari titik awal yang mendasari bagi filsafat radikal mana pun. Kritik-diri ini membantu kita mengidentifikasi kebiasaan, pola pola sosial, bentuk bentuk dan kemungkinan praktik baru dalam pikiran yang mengubah pandangan kita kepada dunia atau world of view. Socrates pernah bicara “Kenali dirimu sendiri.” Apa yang membuat proses “mengenal dirimu” ? inilah mula pertama pemikiran radikal dalam filsafat. Radikal menurut Marx adalah realisasi kemungkinan-kemungkinan potensial yang ada dalam arus struktur struktur pemikiran kita dan relasi sosial atau institusi. Namun kemudian radikal menjadi sebuah ajaran atau disebut radikalisme yang menyukai perubahan revolusioner dalam orientasi politik mereka baik itu pemerintahan atau masyarakat.



Paham radikalisme sendiri sebetulnya belum menjadi paham politik saat mereka berkembang di Prancis, Radikalisme hanya bagian dari ideologi atau elemen paling radikal dari revolusi Perancis yang melembagakan sebuah pemerintahan yang mencirikan pemikiran suatu kelompok atau bangsa dari rezim lama. Dimulai dari kejatuhan Monarki Perancis pada 1789 (Tocqueville) : Warisan ini diambil pada awal abad kedua puluh yang menganggap revolusi sebagai proses yang memiliki tahapan berbeda, kelompok yang berbeda, seperti elit, intelektual, atau militer, yang menggeser peran peran bangsawan Prancis tidak lagi bermain di peran yang penting. Revolusi Perancis sendiri adalah bagian dari bentuk terorisme yang bukan lagi menjadi tindakan kelompok, akan tetapi menjadi sebuah gerakan atau kalau mau kita sebut budaya, peradaban baru, bolehlah. Karena perilaku perilaku kolektif bisa menciptakan tradisi dan gerakan sosial secara masif. Padahal awalnya adalah pemikiran radikal yang dimulai dengan pemikiran revolusioner dan ilmiah mereka, tentang perubahan tatanan sosial politik dan proteksi mereka kepada alam sebagai teori perilaku kolektif. Mereka masih melihat aksi kolektif dan gerakan sosial secara inheren tidak rasional dan berisiko daripada strategi politik yang diperhitungkan secara bertahap pada pemikiran evolutif.



Studi terorisme memang mengalami perubahan secara serentak di dunia dimulai sejak tahun 1980-an, di Eropa para sarjana menyelidiki terorisme di dalam pengaruh agama, akan tetapi tidak sepopuler studi revolusi pada awal abad dua puluh dan Revolusi Prancis yang telah melihat kebangkitan dalam beberapa tahun terakhir sebagai perhatian, terinspirasi oleh perubahan dunia yang mengarah pada kondisi yang positif. Sedangkan Radikalisme, bagaimanapun di dalam konteks pemikiran Eropa pada masa itu, jauh kurang populer. Paling dapat kita lihat dalam penyelidikan pemikiran radikalisme yang datang melalui studi fundamentalisme agama atau penggunaan kekerasan politik ekstremis mendapat lebih banyak perhatian. Menariknya, tampak bahwa studi radikal mungkin melebihi studi teroris karena dianggap sebagai fenomena unik dan jarang terjadi di wilayah pemikiran revolusioner apabila menyangkut konsep keadilan. Beberapa pertimbangan tentang bagaimana radikalisme mempengaruhi sistem sosial yang lebih besar dalam perubahan bentuk dari revolusi, konsep radikal hingga terorisme. Minimal ada tiga pertanyaan mendasar yang harus bisa kita jawab :



1. Siapakah yang berpotensi didefinisikan sebagai radikal?

2. Apa saja bentuk bentuk radikal, strategi atau tindakan yang disebut radikal?

3. Bagaimana ide, klaim, atau tujuan dapat diidentifikasi sebagai radikal?





Pertama, radikalisme adalah konsep perselisihan dalam sebuah pemikiran yang berbeda, bisa kelompok, tokoh atau elit yang berkuasa dalam kelompok bahkan negara atau rezim. Namun radikalisme tidak bisa terlihat seperti politik, atau bahkan aktivitas gerakan sosial, seperti biasa. Dalam pengertian ini, seringkali transgresif dan inovatif radikal bergeser dari strategi yang biasa biasa saja menjadi ekstrem atau luar biasa. Di sini, kita dapat membedakan pertentangan radikal dengan istilah biasa, yang dapat sangat bervariasi antar waktu dan tempat, tanpa menyiratkan bahwa radikalisme tentu saja memerlukan kekerasan, risiko, atau illegalitas. Kedua, definisi tersebut menetapkan tujuan dan gagasan yang radikal yaitu harus melibatkan perubahan masyarakat atau tren sosial yang ada sebagaimana diatas saya contohkan yang terjadi di Prancis dengan revolusi Prancis, atau yang terjadi dalam sejarah perang Jerman dari diktator Adolf Hitler kepada Jerman yang lebih sosialis- demokratis. Perubahan ini bisa jadi progresif atau reaksioner; kita bisa agnostik tentang hal itu dalam konten politik. Dengan demikian, radikalisme dapat menjadi ciri dari politik kiri. Dan dalam sejarah tidak ada perubahan radikalisme ke arah kanan. Mirip dengan definisi revolusi yang dipertimbangkan di atas tadi, perubahan itu pun harus mendasar dan berubah menjadi struktur atau sistem, bukan hanya hati, pikiran, atau tindakan yang bersifat individu apalagi dianggap sebagai salah satu agama.

Ketiga, definisi terorisme tidak bisa diturunkan dari irisan radikalisme pemikiran atau politik sebagaimana bagan gambar diatas, karena terorisme adalah tindakan yg ilegal, tindakan yang dapat dilakukan oleh siapa saja - individu, organisasi, gerakan, pemerintah - selama tidak menggunakan kelembagaan atau cara. Ini adalah ide umum untuk mendefinisikan tindakan tindakan atau kejadian yg tidak teratur sebagaimana revolusi dan dan radikal konsep secara umum sebagai bentuk politik ekstra-institusional yang memiliki ciri ciri politik seperti memilih, melobi, dan mengatur sebagaimana lembaga-lembaga politik. Ekstra-institusional adalah hal-hal yang bukan bagian dari pemerintahan itu dilembagakan, seperti protes, boikot, aksi duduk, pembakaran, kekerasan, dan sebagainya. Ketika aktor intelektual, seperti politisi, mulai menggunakan cara-cara ekstra-konstitusional, mereka mendekati radikalisme. Ingat filsafat radikal bukan hanya mengajarkan kita tentang memahami dunia, tetapi memahamkan kita semua untuk mengubahnya.





Comments

Popular Posts