Architecture to Development Country





Negara berkembang kita tau adalah negara yang standart pembangunan dan tata kota nya masih dibangun secara tumpang tindih, sarana dan prasarana dibangun sebelum bangunan primer itu tumbuh, instalasi listrik, air minum, gas dan pembuangan limbah air dibuat setelah infrastruktur dan bangunan primer terpasang. Model ini tidak cuma terjadi di pedesaan namun juga di kota kota besar. Mengapa terjadi demikian?

Pertama, mungkin juga dipengaruhi oleh pembangunan yg berbasis proyek. Semua pembangunan berbasis proyek selalu dilakukan dg spontan, perencanaan yg kurang matang karena menyesuaikan anggaran dan tidak berkesinambungan. Kedua, mungkin juga karena faktor Politik, politik memang cukup berpengaruh dalam architecture development disamping juga faktor lain seperti ilmu enviromental physic, building material science, structure in building dan  industrialisation of production.

Disetiap perubahan pemimpin atau jabatan selalu disusul dg bukti pembangunan fisik tertentu, ini menggambarkan bahwa politik kekuatan pembangunan saat itu yang memang bergantung rezim bukan bergantung pada master plan. Sebab rakyatpun selalu bertanya secara fisik tentang pembangunan bukan soal fungsi pembangunan semisal apa hasil kekuasaan si A, presiden B dan seterusnya, sehingga pemerintah berlomba lomba membangun mega proyek dan kurang memperhatikan fungsi bangunan bahkan keindahan bangunan. Ini lho monas di jaman ketika Soekarno, Monjali peninggalan Soeharto, Kreta api cepat karya besar Jokowi dan seterusnya. Architectur haruslah mempertimbangkan beberapa hal antara lain adalah lingkungan, lingkungan bisa berarti fisik juga bisa berarti non fisik.

Lingkungan fisik misalnya bagaimana membangun melihat tata letak bangunan disekitarnya, fungsinya, material yang digunakan sampai kepada iklim, kesolidan tanah serta Building provision and building device ( penyediaan bangunan dan perangkat bangunan ). Kemudian non fisik seperti amdal atau perijinan, lingkungan hayati seperti manusia, tumbuhan, hewan, budaya, agama dst. Indonesia yang merupakan negara yang memiliki tipikal alam yg lembab dan tropis tentu berbeda material dan konstruksi pembangunannya bila dibandingkan dengan negara negara di Eropa maupun North Amerika yg memiliki iklim cuaca yg berubah rubah disetiap musimnya.

Kemudian yang ketiga, kemungkinan yang terakir adalah minimnya pengetahuan architecture untuk negara berkembang. Pembangunan dengan menggunakan prinsip prinsip architectur akan selalu tidak bisa dilepaskan dari fungsi fungsi alam atau natural science, fungsi manusia atau human science dan fungsi filsafat seni atau philosophy of arts. Disamping juga  membutuhkan ilmu ilmu lain seperti, Ilmu Sosiology, Antropology, Psikology dan Sejarah seni.

dibawah ini terdapat bagan tentang pengetahuan architectural :

  


Teknologi bangunan memang harus ditransformasikan dengan membuka penemuan penemuan baru dan development work, salah satu bentuk dari transformasi ilmu ilmu baru adalah ilmu architecture mulai melihat dan mempelajari warisan sejarah bangunan masa lalu. Roman archetype misalnya, beberapa tahun yg lalu saya pernah terlibat secara langsung dan diikutkan dalam proyek penelitian professor Lowrence yang melihat architect zaman empire roman baru ternyata sangat berhubungan erat dengan roman lama, dari susunan material bangunannya, sehingga terbukti pada saat sekarang pemerintah roma ikut mensupport warisan heritages tersebut dengan mengeluarkan undang undang tetap tentang kebijakan susunan dan kontruksi pembangunan kota roma, yg tidak boleh melanggar pakem yang sudah ditentukan.

Architecture juga harus berkembang sesuai dg personal, sosial dan kemajuan teknologi agar architectur bisa terus maju, teknologi baru yg berkembang dalam sebuah negara harus stimulate dg perubahan keinginan dengan tanpa mengesampingkan skala politik dan sosial lebih jauh. Architecture dalam dua karakter desa ataukah architecture dalam karakter metropolis, adalah konsep yg tidak mudah dalam pemikiran baru yg muncul, yg merupakan bagean lain dari persamaan desain dan kebingungan meletakkan rangkaian desain desain bangunan dalam konstruksi architectur development.


Bagaimana dengan Jakarta?

Jakarta  sebaiknya memang tidak lagi menjadi Ibu kota Indonesia, kalau tidak dipindah ke kota lain yang lebih segar dan masih bisa ditata landscape nya mungkin Jakarta harus di stop dulu pembangunan yg berorientasi kepada penambahan alat transportasi. Mengapa demikian? Karena Jakarta sudah terlalu crowded dan memiliki tingkat polusi yg tinggi untuk ukuran kota sehat. Dana yang dipakai untuk pembuatan fasilitas umum transportasi harus diganti dengan pembangunan ruangan bebas dan bertumpu pada pengembangan pembangunan bawah tanah. Jakarta juga tidak boleh memberikan ijin lagi secara bebas kepada developer untuk membangun rumah tinggal penduduk secara privat. Penggantian rumah susun dan apartement akan berkontribusi kepada visi baru jakarta untuk memperluas ruang bebas itu tadi.


Transportasi Jakarta juga harus berubah bentuk dari privat oriented transportation menjadi public provide transportations. Mungkin Jakarta cukup memiliki dua alat transportasi yaitu kereta api dan busway. Semua armada transportasi bisa diakomodasi oleh pemerintah menjadi tenaga kerja resmi, baik driver, control agent, administration sampai ke departement untuk mengganti lapangan pekerjaan mereka. Dan bagi mobil pribadi terutama mobil mobil mewah mulai dikenakan retribusi pajak yang tinggi, dari bensin sampai kepada pajak surat dan perijinan pemakaian.

Bukan malah sebaliknya, ketika alat transportasi masih digunakan rakyat untuk mencari penghidupan, subsidi bensin dicabut, pajak dinaikkan. Sehingga yang terjadi adalah ketimpangan sosial dan kenaikan jumlah pengangguran. Apabila alat transportasi sudah terintegral dan cuma satu pengelola yaitu pemerintah, maka masyarakat akan memilih alat transportasi umum ketimbang mobil pribadi karena lebih murah. Dengan begitu maka akan menyelesaikan dampak kemacetan dan polusi lingkungan yang bertambah dari tahun ke tahun.

Comments

Popular Posts